Analisis Dampak Perdagangan Bebas Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) : Sebuah Masukan Dalam Rangka Putaran Pertama Negosiasi Perdagangan

Tulisan ini dibuat bersama Sulthon Sjahrir sabaruddin, telah dimuat di Jurnal Analisis CSIS, berjudul “ Analisis Dampak Perdagangan Bebas Indonesia-Chili :Sebuah Masukan dalam Rangka Putaran Pertama Negosiasi Perdagangan”, Vol. 43, No. 3, September 2014, hlm. 269-291

1. Latar Belakang

Intensitas hubungan kerjasama ekonomi Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin selama ini masih relatif rendah, menunjukkan sedikit kemajuan dibandingkan dengan mitra seperti dari kawasan Amerika Utara, Eropa Barat, dan wilayah Asia Timur yang memang sejak lama menjadi mitra utama ekonomi dan pasar tradisional Indonesia. Namun demikian, inisiatif untuk memperkuat kerjasama ekonomi di pasar non-tradisional (pasar alternatif) seperti Amerika Selatan dan Karibia, Amerika Tengah, Eropa Tengah dan Timur, Asia Tengah, dan Afrika sudah mulai dilontarkan walaupun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2012 dan 2013, dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri RI (PPTM) disampaikan bahwa diplomasi ekonomi di pasar non-tradisional perlu untuk terus dijalankan secara intens dengan harapan hasil diplomasi ekonomi ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kerjasama dengan negara-negara dari kawasan Amerika Latin, Indonesia berupaya meningkatkan hubungan perdagangan bilateral, membuka perwakilan di kawasan Amerika Latin, meningkatkan jumlah kerjasama MoU, meningkatkan people to people contact; dan meningkatkan kegiatan Trade, Tourism, and Investment (TTI).

Amerika Latin merupakan salah satu kawasan yang cukup dinamis dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama beberapa tahun terakhir. Sebagai gambaran, pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Amerika Latin mencapai 4.34 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi MERCOSUR (Brasil, Argentina, Paraguay, Uruguay, Venezuela) sekitar 3.92 persen (lihat tabel 1). Pada tahun 2012, walaupun krisis masih melanda di Amerika Serikat dan Eropa, International Monetary Fund (IMF) pertumbuhan ekonomi Amerika Latin masih relatif baik yakni sebesar 3.2 persen. Pertumbuhan ekonomi kawasan yang baik ini terutama didorong oleh pertumbuhan ekonomi Panama, Peru, Chili, Kolombia dan Bolivia yang terus mengalami pertumbuhan ekonomi antara 5 sampai 10 persen. Sedangkan Brasil, Meksiko dan Argentina masih mengalami kesulitan dalam mendorong pertumbuhan ekonominya karena pengaruh situasi domestik dan menurunnya harga komoditas ekspor andalan sehingga hanya mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 0.9 persen, 3.9 persen dan 4.2 persen pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan Amerika Latin adalah Panama sebesar 9.5 persen atau setara dengan pertumbuhan ekonomi di India dan China. Tingginya pertumbuhan ekonomi di Panama dipicu dengan besarnya ekspansi perbankan dan perdagangan serta investasi yang sangat besar pada terusan Panama. Peru juga sedang menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi yakni sebesar 7 persen yang banyak didorong oleh sektor konstruksi dan jasa serta sektor pertambangan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Chili dengan perekonomian yang terbuka dan banyak mengandalkan ekspor mencapai 5.5 persen yang diuntungkan dengan kondisi dunia dimana beberapa harga dunia produk ekspor andalannya mengalami perbaikan.

Berdasarkan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) dapat terlihat bahwa sejak pertengahan 2000-an, PDB di kawasan Amerika Latin mengalami peningkatan yang sangat pesat dan pada tahun 2011 mencapai puncaknya sebesar US$5.6 trilyun (lihat tabel 1). Pada tahun 2011, perekonomian terbesar di kawasan Amerika Latin adalah Brasil (US$2.477 trilyun), diikuti Meksiko (US$1.153 trilyun), Argentina (US$446 milyar), Venezuela (US$316.5 milyar), dan Chili (US$179.6 milyar). Jumlah populasi di Amerika Latin meningkat cukup pesat dan pada tahun 2011 mencapai 573.6 juta jiwa. Brasil memiliki populasi terbesar di kawasan sebesar 195 juta jiwa diikuti Meksiko (118 juta jiwa), Kolombia (47 juta jiwa), Argentina (41 juta jiwa), dan Peru (40 juta jiwa).

Lebih lanjut, jika dilihat dari PDB Per Kapita (Purchasing Power Parity), maka dapat terlihat bahwa PDB Per Kapita di kawasan Amerika Latin mengalami peningkatan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan waktu. Pada tahun 2011, PDB Per Kapita di wilayah Amerika Latin mencapai US$12158. Kawasan Amerika Latin seiring dengan perkembangan waktu cenderung memiliki sejumlah karakteristik yaitu: 1) Mampu menghadapi krisis ekonomi global dengan kondisi ekonomi yang relatif kuat; 2) Jumlah populasi yang besar; 3) Masyarakat kelas menengah meningkat pesat; dan 4) Meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi.

Berdasarkan indikator Consumer Price Index (CPI) dapat terlihat bahwa selama periode 1980-1995 inflasi di wilayah Amerika Latin sangat berfluktuatif dan bahkan pada tahun 1990 hingga mencapai 1152 persen dan pada MERCOSUR bahkan mencapai 1352 persen. Namun demikian sejak pertengahan 1990-an hingga 2011 relatif stabil dengan angka yang relatif rendah. Pada tahun 2011, inflasi di wilayah Amerika Latin hanya mencapai 6.9 persen. Keberhasilan mempertahankan angka inflasi yang relatif rendah dikarenakan upaya kebijakan makroekonomi yang cukup baik dijalankan oleh banyak negara-negara Amerika Latin. Namun demikian fluktuasi harga komoditas di pasar internasional telah menyebabkan ketidakstabilan inflasi dan perekonomian di kawasan tersebut.

Tabel 1: Data Makroekonomi Amerika Latin dan MERCOSUR Periode 1980-2011

(di jurnal tsb)

Namun demikian, walaupun potensi kerjasama di bidang ekonomi besar namun Indonesia belum memanfaatkan dengan baik peluang potensi kerjasama ekonomi dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin. Volume perdagangan Indonesia dengan mitra di kawasan Amerika Selatan dan Karibia (Amselkar) yang berjumlah 25 negara, selama periode 2011-2012 hanya mencapai US$6.78 milyar atau 1.77 persen dari total perdagangan Indonesia. Sedangkan nilai perdagangan Indonesia dengan mitra di kawasan Amerika Tengah dan Utara (Amuteng) yang berjumlah 8 negara (kecuali Amerika Serikat dan Kanada) selama periode 2011-2012 hanya mencapai US$1.71 milyar atau 0.45 persen dari total perdagangan Indonesia. Dengan ini maka dapat terlihat bahwa hubungan perdagangan Indonesia dengan mitra di kawasan Amerika Latin yang berjumlah 33 negara hanya sebesar US$8.49 milyar atau 2.22 persen dari total perdagangan Indonesia pada tahun 2012 atau sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar US$8.492 milyar. Volume perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin juga belum terlalu signifikan jika dibandingkan dengan volume perdagangan Amerika Latin dengan Asia secara keseluruhan. Sebagai gambaran, pada periode yang sama perdagangan Indonesia dengan mitra di pasar tradisional seperti Jepang (US$52.9 milyar), China (US$51 milyar), dan Amerika Serikat (US$26.47 milyar). Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan perdagangan Indonesia seperti RI-ASEAN yang sebesar 25%,RI-Jepang yang sebesar 13.8%, dan RI-China yang sebesar 13.4% jumlah tersebut tidaklah terlalu signifikan.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI[2], mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Amselkar selama tahun 2012 adalah Brasil (US$3.45 milyar) diikuti oleh Argentina (US$2 milyar) dan Chili (US$382 juta). Ketiga mitra dagang terbesar menyumbang 86 persen dari total perdagangan Indonesia di kawasan Amselkar. Sedangkan di kawasan Amuteng, mitra dagang utama Indonesia adalah Meksiko (US$1.22 milyar) dan Panama (US$379.3 juta).

Tabel 2: Volume Perdagangan Indonesia – Amerika Selatan dan Karibia Periode 2011-2012 (US$ dalam Juta)

(di Jurnal tsb)

Sumber: Kementerian Perdagangan RI (2013)

 

Tabel 3: Volume Perdagangan Indonesia – Amerika Utara dan Tengah Periode 2011-2012(US$ dalam Ribu)

(di Jurnal tsb)

Sumber: Kementerian Perdagangan RI (2013)

Di bidang investasi, negara-negara di kawasan Amerika Latin juga telah menjadi salah satu kawasan dunia yang cukup dinamis dan cukup banyak menarik investor asing. Sebagai gambaran sumber daya alam utama yang dimiliki Amerika Latin antara lain adalah emas, perak, tembaga, bijih besi, timah, dan minyak bumi. Selama periode 1980-2011, Penanaman Modal Asing (PMA) ke wilayah Amerika Latin mengalami peningkatan yang cukup pesat namun dengan fluktuasi pada tahun-tahun tertentu. Pada tahun 2012, Amerika Latin menyerap PMA sebesar US$174 milyar yang merupakan tertinggi sepanjang sejarah di kawasan Amerika Latin. Sebagian besar PMA di kawasan merupakan eksploitasi sumber daya alam khususnya pertambangan sebesar 51 persen, diikuti jasa (37 persen) dan manufaktur (12 persen) dan hingga saat ini Brazil masih merupakan penerima PMA terbesar di kawasan yakni US$65.2 milyar (2012) atau sekitar 41 persen dari total PMA di kawasan.

Nilai investasi negara-negara Amerika Latin di Indonesia tergolong relatif rendah dengan nilai US$892.68 juta atau 3.63% dari nilai investasi asing di Indonesia. Nilai investasi negara-negara Amerika Latin di Indonesia masih belum terlalu signifikan terutama jika dibandingkan dengan negara-negara pasar tradisional. Nilai investasi terbesar datang dari Brazil yang menanamkan modal sebanyak enam proyek sebesar US$223.34 juta dengan proyek terbesar oleh Perusahaan VALE, sebuah perusahaan tambang nikel (PT. Vale Indonesia) dan merupakan perusahaan tambang terbesar kedua di dunia. Argentina juga telah menanamkan modal di Indonesia melalui perusahaan Tenaris yang bergerak di bidang baja, teknik sipil, dan konstruksi senilai US$73.5 juta (2009) dan US$30 juta (2011). Tenaris memiliki pabrik di Cilegon (PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya) dan Batam. Sementara itu, Peru melalui AJE GROUP juga menanamkan modalnya sebesar US$35 juta melalui PT AJEINDONESIA. AJE Group memproduksi minuman ringan, air minum dalam kemasan, dan produk-produk dari plastik. Kedepan, dalam waktu dekat AJE Group akan membuka pabrik keduanya di Cikarang dan Surabaya.

Sedangkan, berdasarkan data BKPM (2013) investasi Indonesia di kawasan Amerika Latin tercatat cukup besar yaitu: Panama senilai US$763.129.038 yang terdiri dari 46 perusahaan dan sebagian besar merupakan jasa sewa kapal, pengangkutan muatan kapal laut, serta pengoperasian dan pemilikan kapal; Cayman Island sebesar US$2.622 milyar; Ekuador sebesar US$350 juta dimana PT Bakrie Kalila Investment telah mendapatkan konsesi di tiga ladang minyak di Orienta Basin di Blok Lago Agroyo, Guanta, dan Parachuacu. Kawasan ini diperkirakan mempunyai cadangan minyak sebesar 65 juta barel; St. Vincent and Grenadines sebesar US$473.860 yang bergerak di sektor pengangkutan muatan kapal laut; dan Brasil sebesar US$500 juta oleh perusahaan Riau Andalan Pulp & Paper (pabrik kertas) dan US$1553 yang bergerak di sektor manajemen perkapalan.

Tabel 4: Perkembangan Penanaman Modal Asing di Kawasan Amerika Latin dan MERCOSUR Periode 1980-2011

(di Jurnal tsb)

Sumber: United Nations Economic Commission Latin American Countries (2013)

International Enterprise Singapore (IES) menyarankan bahwa kerjasama ekonomi negara-negara Asia dengan Amerika Latin ke depan tidak hanya terkonsentrasi pada energi dan komoditas tetapi harus “moving beyond energy and commodities” yaitu di sektor infrastruktur, logistik dan pendidikan[3]. Hambatan faktor jarak, budaya, bahasa, serta kurangnya pengetahuan pasar lokal masih relatif mudah diatasi namun permasalahan pajak, peraturan pemerintah dan pasar, serta lemahnya infrastruktur merupakan tantangan yang besar yang harus diatasi. Indonesia memandang wilayah Amerika Latin sebagai pasar alternatif yang potensial yang perlu terus digarap di masa mendatang, namun sayangnya volume perdagangan saat ini menurut banyak kalangan tidak mencerminkan potensi volume perdagangan sebenarnya, oleh karena itu, perlu ada upaya yang lebih kuat lagi dari seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong hubungan perdagangan Indonesia di kawasan Amerika Latin di masa mendatang.

Hubungan ekonomi RI-Amerika Latin masih belum cukup intens hal ini dapat terlihat dimana nilai perdagangan dan investasi masih cukup rendah, jumlah inisiatif kerjasama perdagangan dan investasi masih relatif sedikit, serta jumlah sumber daya yang dialokasikan oleh Pemerintah di pasar alternatif termasuk Amerika Latin relatif cukup kecil. Justru terdapat pandangan seperti Sulthon Sjahril[4] bahwa hubungan kerjasama ekonomi Indonesia di kawasan Amerika Latin lebih didorong oleh upaya kebijakan luar negeri Amerika Latin yang sangat agresif untuk menjalin kerjasama ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Tabel 5: Investasi Amerika Latin di Kawasan Asia Tenggara

(di Jurnal tsb)

Sumber: MERCOSUR (2012)

Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan untuk meningkatkan nilai perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Amerika Latin. Namun demikian belum menunjukkan hasil yang signifikan. Indonesia hingga saat ini belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan negara manapun di Amerika Latin, dan baru terdapat satu inisiatif perjanjian perdagangan bilateral yang digagas, yaitu Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chili (IC-CEPA). Pada tingkat regional, upaya untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dengan mitranya di wilayah Amerika Latin telah dilakukan, antara lain melalui pembentukan ASEAN-MERCOSUR, ASEAN-Andean Group dan Forum East Asia-Latin American Cooperation (FEALAC). Namun demikian, kesemuanya relatif masih berjalan di tempat.

Keseriusan untuk lebih mengintensifkan khususnya kerjasama ekonomi bilateral dapat dilihat dimana Indonesia merupakan tuan rumah dalam menyelenggarakan ASEAN Latin Business Forum 2012 (ALBF 2012) pada tanggal 9-10 Juli 2012 di Jakarta.  Forum ini adalah yang terbesar di Indonesia dan bahkan di kawasan ASEAN. Lebih lanjut, pada bulan Juni 2013 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri FEALAC di Bali. Sebagai catatan, FEALAC yang didirikan pada tahun 1999 dengan nama East Asia Latin American Forum (EALAF) pada awalnya didirikan sebagai forum informal menghubungkan negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin. Kini FEALAC bertujuan untuk memajukan saling pengertian, dialog politik dan ekonomi, serta kerjasama di berbagai bidang guna mencapai hubungan yang efektif dan bermanfaat, serta kerjasama yang lebih erat di antara negara-negara anggota FEALAC. Namun demikian, hasil dari seluruh upaya dimaksud setidaknya hingga saat ini belum signifikan. Atas latar belakang dimaksud, maka kajian ini mencoba untuk mengevaluasi hasil kinerja dan memberikan saran kebijakan kedepannya diplomasi ekonomi RI di kawasan Amerika Latin khususnya terkait dengan diplomasi perdagangan RI di kawasan Amerika Latin.

Hingga kini studi mengenai hubungan kerjasama ekonomi Indonesia – Amerika Latin masih relatif sedikit ditemukan. Oleh karena itu, studi ini mencoba memberikan evaluasi upaya Indonesia untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin. Dalam makalah ini, Chili dipilih sebagai negara yang ditelaah mengingat Indonesia dan Chili telah menjalin kesepakatan IC-CEPA dan tak lama lagi akan memasuki putaran pertama negosiasi perdagangan. Studi ini mencoba untuk mengidentifikasi potensi dan peluang perdagangan RI-Chili yang dianalisis dengan metode daya saing ekspor. Lebih lanjut, studi ini juga akan melakukan evaluasi skenario perdagangan bebas RI-Chili.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan diplomasi ekonomi bagi Kemlu dan Kementerian serta instansi terkait yang terlibat dan memiliki kepentingan dalam kerjasama perdagangan RI-Chili. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya literatur ekonomi ilmiah, khususnya di bidang perdagangan internasional.

2. Metodologi Penelitian

Dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja diplomasi perdagangan RI-Chili, pada kajian ini terdapat dua perangkat kuantitatif ekonomi yang akan dimanfaatkan yaitu: Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Software for Market Analysis and Restrictions on Trade Model (SMART Model). Adapun penjelasan indikator ekonomi yang digunakan dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

Dalam rangka meningkatkan daya saing produk Indonesia, perlu dilakukan analisis atas produk-produk yang memiliki keunggulan komparatif. Salah satu proposisi teori perdagangan klasik yang sangat berpengaruh adalah dimana pola perdagangan internasional ditentukan berdasarkan keunggulan komparatif yaitu terdapat suatu negara dengan keunggulan komparatif pada suatu komoditi akan mengekspor, dan negara lain yang tidak memiliki keunggulan komparatif (comparative disadvantage) akan mengimpor. Banyak studi empiris dilakukan terkait mengaplikasikan konsep teori keunggulan komparatif khususnya untuk menganalisis kinerja perdagangan dan sumber keunggulan komparatif. Tingkat daya saing komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis dengan berbagai macam metode seperti Revealed Comparative Advantage Index (RCA), Constant Market Share (CMS) dan Real Effective Exchange Rate (REER)[5]. Namun pada kajian ini, analisis keunggulan komparatif (daya saing) akan dilakukan dengan pendekatan indeks RCA.

RCA merupakan sebuah indikator untuk melihat daya saing ekspor suatu negara. Indikator dimaksud penting untuk melihat apakah produk ekspor Indonesia selama ini merupakan produk-produk unggulan atau produk-produk berdaya saing tinggi. Secara matematis, RCA adalah indeks yang menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia. Atau, dengan kata lain, indeks RCA menggambarkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia. Rentang indeks adalah antara 0 sampai dengan tak terhingga (). Jika nilai indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari satu (1), berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif dari sisi ekspor di atas rata-rata dunia dalam komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu (1) berarti keunggulan komparatifnya untuk komoditas tersebut rendah, di bawah rata-rata dunia. Secara matematis, indeks RCA adalah sebagai berikut:

dimana:

= nilai ekspor komoditas j dari negara i

= nilai ekspor total (produk j dan lainnya) negara i

= nilai ekspor komoditas j di dunia

= nilai ekspor total dunia

2. Software for Market Analysis and Restrictions on Trademodel (SMART model)

Metode penelitian akan menggunakan pendekatan model ekuilibrium parsial yakni Software for Market Analysis and Restrictions on Trade model (SMART model) untuk melihat dampak liberalisasi perdagangan RI-Chili terhadap kesejahteraan masyarakat serta mengevaluasi perdagangan, tariff revenue, dan welfare effects. Pada artikel ini, penulis akan melakukan skenario liberalisasi perdagangan RI-Chili dengan complete tariff dismantlement atau nol tarif untuk seluruh produk pada tahun 2012. Software for Market Analysis and Restrictions on Trade (SMART) model merupakan model simulasi perdagangan ekuilibrium parsial, yang digunakan untuk menilai dampak liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas terhadap perdagangan (trade), pendapatan tarif (tariff revenue), dan kesejahteraan (welfare effects). Perangkat SMART model ini merupakan bagian dari World Integrated Trade Solution (WITS) yang dikembangkan oleh World Bank dan United Nations Conference on Trade and Development[6] (UNCTAD). Metode ini relatif mudah digunakan karena hanya memerlukan data perdagangan (trade flows), trade policy (misalnya tarif proteksi awal) dan nilai parameter behavioral (elastisitas) tertentu[7].

Kelebihan metode ini adalah dapat menghitung dampak dari liberalisasi perdagangan/perdagangan bebas di sebuah pasar tingkat disagregasi hingga sangat dalam/terinci, artinya dapat menyelesaikan masalah terkait “aggregation biases”, sebagai contoh, SMART model dapat menganalisis dampak liberalisasi perdagangan impor “brown rice” oleh India dimana agregasi terinci tersebut mungkin tidak tepat atau bahkan tidak bisa dilakukan dalam kerangka model keseimbangan umum[8]. Adapun asumsi-asumsi dalam Model SMART adalah sebagai berikut:

  • Partial Equilibrium: tidak ada efek pendapatan.
  • Export supply elasticity (supply elasticity) adalah perfectly elastic dimana harga dunia dari setiap produk (misalnya, apel dari Indonesia) adalah given atau sudah ditentukan. Secara default, SMART menggunakan 99 untuk infinite elasticity (elastisitas tak terhingga) untuk semua barang dan mitra negara. Artinya peningkatan permintaan suatu barang akan selalu sesuai/sama dengan produsen dan eksportir dari barang tersebut, tanpa adanya pengaruh terhadap harga barang tersebut.
  • Substitution elasticity (import substitution elasticity) yang merupakan nilai substitusi antara dua barang dari berbeda negara asal. Dalam artikel ini, SMART model dengan asumsi Armington digunakan, maka barang-barang impor dari negara yang berbeda adalah imperfect substitutes, misalnya, apel dari Chili adalah imperfect substitutes dengan apel dari Indonesia. Dalam SMART, import substitution elasticity adalah sebesar 1.5 untuk setiap produk.
  • Import demand elasticity bertujuan untuk mengukur respon permintaan terhadap perubahan harga impor. Nilai default adalah sama untuk semua reporters(negara) tetapi berbeda berdasarkan produknya. Terdapat lebih dari 100 nilai import demand elasticity yang berbeda dan dapat dirubah-rubah namun nilai elastisitas tersebut adalah unik untuk setiap produknya.
  • Perfect competition (persaingan sempurna) yang artinya sebagai contoh, pemotongan tarif secara penuh terefleksi pada harga yang dibayar oleh konsumen.

Simulasi tarif yang digunakan dalam penelitian adalah melalui complete tariff dismantlement (nol tarif) sehingga opsi yang dipakai adalah opsi pertama yaitu new rate dengan nol tarif. Dalam simulasi penerapan nol tarif diberlakukan secara penuh pada tahun 2012. Dengan asumsi-asumsi tersebut, dengan SMART model penulis dapat mengevaluasi dampak dari perubahan kebijakan perdagangan (dalam hal ini diukur dari tarif) terhadap variabel-variabel sebagai berikut: a) Trade creation effects, trade diversion effects, dan net trade effects; b) Tariff revenue effects, consumer surplus dan welfare.

Data untuk menganalisis adalah data perdagangan RI-Chili menggunakan 6 Digit Kode HS 2007 yang bersumber dari World Integrated Trade Solutions (WITS) dan The United Nations Commodity Trade (COMTRADE). UN COMTRADE merupakan database yang sangat komprehensif mengenai statistik barang dalam perdagangan internasional.

3. Pembahasan Hasil Kajian

3.1       Evaluasi Perkembangan Hubungan Perdagangan RI-Chili

Hubungan perdagangan RI-Chili selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sebesar US$118.05 juta (2002) dan mencapai puncaknya pada tahun 2011 sebesar US$586.23, namun menurun pada tahun berikutnya menjadi US$381.99 juta (2012) dan per November 2013 tercatat hubungan perdagangan bilateral sebesar US$367.57 juta. Selain itu, berdasarkan neraca perdagangan terlihat pula bahwa sejak tahun 2003, hubungan perdagangan defisit selalu berada di pihak Indonesia. Berikut adalah data hubungan perdagangan RI-Chili selama periode 2002-2013:

Tabel 6: Hubungan Perdagangan RI-Chili Selama Periode 2002-2013

(Juta USD)

Year RI Export RI Import Total Trade Balance
2002 65.96 52.10 118.05 13.86
2003 67.83 62.09 129.93 5.74
2004 90.76 110.47 201.24 -19.71
2005 113.84 135.61 249.45 -21.77
2006 152.80 197.95 350.75 -45.14
2007 135.44 202.63 338.07 -67.19
2008 128.29 274.28 402.57 -145.98
2009 166.70 189.21 355.91 -22.51
2010 192.65 309.05 501.71 -116.40
2011 213.97 372.26 586.23 -158.29
2012 175.35 206.64 381.99 -31.29
2013 159.57 207.99 367.57 -48.42 (Nov)

Sumber: Kementerian Perdagangan (2013)

Perkembangan hubungan perdagangan kedua negara tersebut sebenarnya relatif kecil dan masih dibawah potensinya. Namun demikian, kami melihat potensi kerjasama perdagangan dapat lebih ditingkatkan lagi kedepannya, karena dengan memanfaatkan indikator Trade Complementarity Index (TCI) terlihat bahwa perdagangan RI-Chili sejak awal tahun 2000an telah bersifat komplementer.

Dengan menggunakan TCI, selama periode 1989-2012 walaupun terdapat fluktuasi, namun secara umum komplementaritas perdagangan RI-Chili mengalami peningkatan dimana pada tahun 1989, nilai TCI hanya sebesar 22.24 poin, dan pada tahun 2012 mencapai 52.78 poin. Artinya hubungan perdagangan kedua negara yang sebelumnya lebih cenderung substitutif, kini sejak awal tahun 2000an menjadi cenderung komplementer. Hasil TCI membuktikan bahwa Indonesia dan Chili memiliki struktur perdagangan yang berbeda, dalam arti bahwa kedua negara memiliki pelimpahan sumber daya yang berbeda, sehingga kedua negara memiliki keunggulan komparatif yang berbeda. Oleh karena itu, hasil TCI juga menjelaskan bahwa terdapat ruang yang besar bagi kedua negara untuk memperkuat lagi hubungan perdagangan kedepannya.

Grafik 1: Trade Complementarity Index RI-Chili

(di Jurnal tsb)

Sumber: World Integrated Solutions (2013)

 

Lebih lanjut, dengan memanfaatkan Trade Intensity Index (TII), kajian ini menemukan bahwa selama periode 1995-1999, rata-rata TII mencapai 60 persen, namun demikian pada tahun-tahun setelahnya TII menurun dan pada tahun 2012 menurun hingga menjadi 22 persen. Hal ini menjelaskan bahwa hubungan perdagangan yang terjalin selama ini semakin menjadi tidak intens. Salah satu alasan adalah belum adanya minat yang besar dari kedua guna meningkatkan kerjasama perdagangan lebih jauh. Faktor-faktor klasik selalu menjadi alasan seperti jarak geografis, minimnya informasi, dan biaya transportasi yang besar dalam rangka meningkatkan kerjasama perdagangan kedua negara. Namun demikian, kesepakatan kedua negara untuk menjalin Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) pada April 2013 lalu, tentu merupakan salah satu terobosan penting dalam rangka meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara di masa mendatang.

Grafik 2: Trade Intensity Index RI-Chili

(di Jurnal tsb)

Sumber: World Integrated Solutions (2013)

Lebih lanjut, dengan memanfaatkan indeks RCA (HS 4 Digit) studi ini menemukan bahwa secara umum ekspor 10 besar produk RI ke Chili pada tahun 2012 berdaya saing baik, walaupun terdapat beberapa produk yang tidak berdaya saing yang turut masuk dalam pasar Chili. Produk ekspor RI yang berdaya saing lemah namun masuk ke Chili adalah: Machinery for sorting, screening, separating, washing, crushing, grinding, mixing or kneading earth, stone, ores or other mineral substances, in solid (including powder or paste) form; machinery for agglomerating, shaping or moulding solid mineral fuels; dan Motor cars and other motor vehicles principally designed for the transport of persons (other than those of heading 87.02), including station wagons and racing cars. Disini dapat terlihat bahwa masih terdapat peluang yang cukup besar bagi Indonesia untuk meningkatkan lagi ekspor produk-produknya yang lebih berdaya saing tinggi lagi. Beberapa produk unggulan Indonesia yang belum berhasil masuk ke pasar Chili adalah: minyak kelapa sawit, minyak kelapa, aluminium dan nikel.

Tabel 7: Sepuluh Besar Produk Ekspor RI ke Chili Tahun 2012

RCA Index (Commodity Based)

(di Jurnal tsb)

Sumber: World Integrated Solutions (2013)

 

3.2       Chili

3.2.1    Skenario Dampak Perdagangan Bebas Bilateral RI-Chili terhadap Consumer            Surplus dan Trade Creation Effect

Hasil simulasi SMART menemukan perdagangan bebas bilateral RI-Chili akan memberikan dampak positif bagi kedua negara dalam bentuk consumer surplus dan trade creation effect (peningkatan impor). Indonesia diperkirakan akan memperoleh keuntungan dalam bentuk consumer surplus sebesar US$381159 dan produk Cathodes & Sections of Cathodes, of Refined Copper, Unwrought menyumbang kontribusi terbesar yakni US$221928 (58.2 persen dari total consumer surplus Indonesia) diikuti dengan Gear boxes & parts thereof, of the motor vehicles of headings 87.01 to 87.05 sebesar US$41160 (10.8 persen), dan Grapes, Fresh sebesar US$34710 (9.1 persen).

Sedangkan, dilihat dari hasil trade creation effect (perubahan impor) diperkirakan impor Indonesia dari Chili akan meningkat sebesar US$9.17 juta. Peningkatan impor terbesar diperkirakan merupakan produk Cathodes & Sections of Cathodes, of Refined Copper, Unwrought sebesar US$5.03 juta (54.9 persen); diikuti dengan Ammonium nitrate, whether/not in aqueous solution sebesar US$1.01 juta (11.33 persen), Grapes, Fresh sebesar US$0.97 juta (10.61 persen), dan Mineral/chemical fertilisers, potassic (excl. of 3104.20 & 3104.30) sebesar US$0.76 juta (8.2 persen).

 

Tabel 8: Dampak Skenario Perdagangan Bebas RI-Chili terhadap

Consumer Surplus Indonesia (Top 10)

Product Code Product Name Consumer Surplus in Thousands USD
740311 Cathodes & sections of cathodes, of refined copper, unwrought 221.93
870840 Gear boxes & parts thereof, of the motor vehicles of headings 87.01 to 87.05. 41.16
080610 Grapes, fresh 34.71
310490 Mineral/chemical fertilisers, potassic(excl. of 3104.20 & 3104.30) 27.86
310230 Ammonium nitrate, whether/not in aqueous solution 25.91
150420 Fats & oils & their fractions, of fish, other than liver oils, whether/not refined but not chemically modified 8.79
230120 Flours, meals & pellets of fish/of crustaceans, molluscs/other aquatic invertebrates 8.34
440910 Wood (including strips & friezes for parquet flooring, not assembled) continuously shaped (tongued, grooved, rebated, chamfered, V-jointed, beaded, moulded, rounded/the like) along any of its edges, ends/faces, whether/not planed, sanded/end-jointed, con 2.37
730423 Casing, tubing & drill pipe, of a kind used in drilling for oil/gas, other than of stainless steel 1.29
081050 Kiwifruit, fresh 0.99

Sumber: World Integrated Trade Solution

Tabel 9: Dampak Skenario Perdagangan Bebas RI-Chili terhadap Perubahan Impor Indonesia (Trade Creation Effects) (Top 10)
Product Code Product Name Trade Creation Effects in

Millions USD

740311 Cathodes & sections of cathodes, of refined copper, unwrought 5.03
310230 Ammonium nitrate, whether/not in aqueous solution 1.01
080610 Grapes, fresh 0.97
310490 Mineral/chemical fertilisers, potassic(excl. of 3104.20 & 3104.30) 0.76
870840 Gear boxes & parts thereof, of the motor vehicles of headings 87.01 to 87.05. 0.42
230120 Flours, meals & pellets of fish/of crustaceans, molluscs/other aquatic invertebrates 0.32
150420 Fats & oils & their fractions, of fish, other than liver oils, whether/not refined but not chemically modified 0.21
440910 Wood (including strips & friezes for parquet flooring, not assembled) continuously shaped (tongued, grooved, rebated, chamfered, V-jointed, beaded, moulded, rounded/the like) along any of its edges, ends/faces, whether/not planed, sanded/end-jointed, con 0.07
441114 Medium density of fibreboard of wood/other ligneous materials, whether/not bonded with resins/other organic substances, of a thkns >9mm 0.04
310250 Sodium nitrate 0.03

Sumber: World Integrated Trade Solution

           


Sedangkan bagi Chili, dampak skenario perdagangan bebas bilateral akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat Chili dalam bentuk consumer surplus sebesar US$289802. Produk-produk yang memberikan nilai consumer surplus terbesar adalah: Combined refrigerator-freezers, fitted with separate external doors, electric/other sebesar US$67770, diikuti dengan Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle sebesar US$23880, Sports footwear other than ski-boots/cross-country ski footwear/snowboard boots, with outer soles & uppers of rubber/plastics sebesar US$17140 dan Vehicles (excl. of 87.02 & 8703.10) principally designed for the transportof persons, with spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine, of a cylinder capacity >1500cc but not >3000cc sebesar US$15410. Sedangkan jika dilihat dari trade creation effect, dampak perdagangan bebas bilateral akan mendorong peningkatan impor Chili sebesar US$12.93 juta. Produk-produk yang diperkirakan akan masuk ke pasar Chili adalah: Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle sebesar US$3.22 juta, diikuti dengan Combined refrigerator-freezers, fitted with separate external doors, electric/other sebesar US$2.74 juta dan Coal other than anthracite & bituminous, whether/not pulverised but not agglomerated (US$1.93 juta). Kedua negara diperkirakan akan memperoleh manfaat dalam bentuk consumer surplus dan trade creation effect (perubahan impor) akan tetapi Indonesia diperkirakan akan memperoleh manfaat consumer surplus yang lebih besar, sedangkan Chili diperkirakan akan memperoleh manfaat dari trade creation effect yang lebih besar.

 

Tabel 10: Dampak Skenario Perdagangan Bebas RI-Chili terhadap

Consumer Surplus Chili (Top 10)

Product Code Product Name Consumer Surplus in Thousands USD
841810 Combined refrigerator-freezers, fitted with separate external doors, electric/other 67.77
640399 Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle. 23.88
640219 Sports footwear other than ski-boots/cross-country ski footwear/snowboard boots, with outer soles & uppers of rubber/plastics 17.14
870323 Vehicles (excl. of 87.02 & 8703.10) principally designed for the transportof persons, with spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine, of a cylinder capacity >1500cc but not >3000cc 15.41
550953 Yarn other than sewing thread, of polyester staple fibres mixed mainly/solely with cotton, not put up for retail sale 9.97
870431 Motor vehicles for the transportof goods (excl. of 8704.10), with spark-ignition internal combustion piston engine, g.v.w. not >5tonnes 8.85
400122 Technically spec. natural rubber (TSNR) 8.51
852190 Video recording/repr. apparatus other than magnetic tape-type, whether/not incorporating a video tuner 5.84
640411 Sports footwear; tennis shoes, basketball shoes, gym shoes, training shoes & the like, with outer soles of rubber/plastics & uppers of textile materials 5.30
640299 Other footwear with outer soles & uppers of rubber/plastics, not covering the ankle. 4.73

Sumber: World Integrated Trade Solution

 

Tabel 11: Dampak Skenario Perdagangan Bebas RI-Chili terhadap Perubahan Impor Chili (Trade Creation Effects) (Top 10)

Product Code Product Name Trade Creation

in Millions USD

640399 Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle. 3.22
841810 Combined refrigerator-freezers, fitted with separate external doors, electric/other 2.74
270119 Coal other than anthracite & bituminous, whether/not pulverised but not agglomerated 1.93
640419 Footwear (excl. waterproof) with outer soles of rubber/plastics & uppers of textile materials (excl. of 6404.11) 1.15
640219 Sports footwear other than ski-boots/cross-country ski footwear/snowboard boots, with outer soles & uppers of rubber/plastics 1.15
847420 Crushing/grinding machines for earth/stone/ores/other mineral substance, in solid (incl. powder/paste) form 1.14
870323 Vehicles (excl. of 87.02 & 8703.10) principally designed for the transport of persons, with spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine, of a cylinder capacity >1500cc but not >3000cc 1.07
400122 Technically spec. natural rubber (TSNR) 1.03
847490 Parts of the machinery of 84.74 0.97
640299 Other footwear with outer soles & uppers of rubber/plastics, not covering the ankle. 0.94

Sumber: World Integrated Trade Solution

 


3.2.2    Dampak Skenario Perdagangan Bebas RI-Chili terhadap Penerimaan

            Hasil simulasi SMART model menemukan bahwa dampak perdagangan bebas RI-Chili akan menurunkan pendapatan tarif Indonesia sebesar US$8.78 juta dan Chili sebesar US$13.12 juta. Kerugian pendapatan tarif terbesar bagi Indonesia berasal dari produk Cathodes & sections of cathodes, of refined copper, unwrought sebesar US$5 juta (56.95 persen dari total perkiraan kerugian pendapatan), diikuti dengan Grapes, Fresh sebesar US$1.17 juta (13.3 persen) dan Ammonium nitrate, whether/not in aqueous solution sebesar US$0.66 juta (7.5 persen). Sedangkan bagi Chili, kerugian pendapatan berasal dari produk-produk: Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle sebesar US$1.48 juta, dan Coal other than anthracite & bituminous, whether/not pulverised but not agglomerated sebesar US$0.96 juta. Dalam estimasi kerugian pendapatan tarif, maka Chili diperkirakan akan mengalami kerugian pendapatan tarif yang lebih besar dibandingkan Indonesia. Namun demikian kerugian pendapatan tarif Indonesia terkonsentrasi pada satu produk yakni Cathodes & sections of cathodes, of refined copper, unwrought sebesar US$5 juta (56.95 persen dari total perkiraan kerugian pendapatan), sedangkan bagi Chili kerugian pendapatan tarif lebih tersebar pada berbagai produk.

 

Tabel 12: Estimasi Kerugian Penerimaan Indonesia (Top 10)

Product Code Product Name Revenue Loss

in Millions USD

740311 Cathodes & sections of cathodes, of refined copper, unwrought 5.00
080610 Grapes, fresh 1.17
310230 Ammonium nitrate, whether/not in aqueous solution 0.66
870840 Gear boxes & parts thereof, of the motor vehicles of headings 87.01 to 87.05. 0.51
310490 Mineral/chemical fertilisers, potassic(excl. of 3104.20 & 3104.30) 0.33
150420 Fats & oils & their fractions, of fish, other than liver oils, whether/not refined but not chemically modified 0.31
230120 Flours, meals & pellets of fish/of crustaceans, molluscs/other aquatic invertebrates 0.30
170290 Sugars, incl. invert sugar & other sugar & sugar syrup blends containing in the dry state 50% by weight of fructose (excl. of 1702.11-1702.60) 0.08
030322 Atlantic salmon (Salmo salar) & Danube salmon (Hucho hucho), frozen (excl. fillets/other fish meat of 03.04/livers & roes) 0.04
310250 Sodium nitrate 0.03

Sumber: World Integrated Trade Solution

Tabel 13: Estimasi Kerugian Penerimaan Chili (Top 10)
Product Code Product Name Revenue Loss

in Millions USD

640399 Other footwear without  outer soles of  leather, not covering the ankle. 1.48
270119 Coal other than anthracite & bituminous, whether/not pulverised but not agglomerated 0.96
841810 Combined refrigerator-freezers, fitted with separate external doors, electric/other 0.95
640419 Footwear (excl. waterproof) with outer soles of rubber/plastics & uppers of textile materials (excl. of 6404.11) 0.63
640219 Sports footwear other than ski-boots/cross-country ski footwear/snowboard boots, with outer soles & uppers of rubber/plastics 0.58
847420 Crushing/grinding machines for earth/stone/ores/other mineral substance, in solid (incl. powder/paste) form 0.49
870323 Vehicles (excl. of 87.02 & 8703.10) principally designed for the transport of persons, with spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine, of a cylinder capacity >1500cc but not >3000cc 0.48
847490 Parts of the machinery of 84.74 0.43
640299 Other footwear with outer soles & uppers of rubber/plastics, not covering the ankle. 0.40
400122 Technically spec. natural rubber (TSNR) 0.39

Sumber: World Integrated Trade Solution

 

 4. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Kawasan Amerika Latin merupakan kawasan potensial secara ekonomi dan terdapat peluang yang cukup besar dalam meningkatkan kerjasama ekonomi Indonesia di kawasan Amerika Latin. Hingga saat ini, hubungan kerjasama RI di kawasan Amerika Latin belum maksimal dan masih berada dibawah potensi sebenarnya. Salah satu langkah nyata di bidang ekonomi adalah mendorong hubungan kerjasama perdagangan di kawasan Amerika Latin. Dalam studi ini ditelaah potensi kerjasama perdagangan RI-Chili dan kemungkinan implikasi skenario perdagangan bebas RI-Chili dalam skema IC-CEPA.

Hasil studi ini menemukan bahwa masih terdapat ruang yang cukup besar untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara. Studi ini menggambarkan bahwa pola perdagangan RI-Chili bersifat komplementer sejak awal tahun 2000-an dan belum sepenuhnya produk Indonesia yang masuk ke pasar Chili memiliki keunggulan komparatif. Artinya terdapat ruang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor ke Chili, khususnya produk-produk Indonesia yang berkeunggulan komparatif.

Hasil studi skenario perdagangan bebas RI-Chili menggambarkan bahwa kedua negara akan mendapatkan manfaat dalam bentuk peningkatan consumer surplus dan impor. Namun demikian kedua negara diperkirakan akan mengalami kerugian pendapatan tarif (tariff revenue loss). Berdasarkan hasil kajian dimaksud, maka menurut pandangan kami langkah Pemerintah Indonesia menyepakati perjanjian IC-CEPA sudah tepat, namun demikian guna mengevaluasi dampak terhadap perekonomian secara keseluruhan, diperlukan juga studi lebih lanjut khususnya terkait dengan dampak terhadap produsen kedua negara. Studi dimaksud kiranya dapat ditelaah sebelum perundingan IC-CEPA berlangsung.

Maka berdasarkan hasil kajian secara keseluruhan, secara umum rekomendasi kebijakan untuk menjadikan Amerika Latin (termasuk Chili) sebagai salah satu pasar andalan, Indonesia perlu mengembangkan produk yang memiliki nilai keunggulan komparatif tinggi dan bersifat komplementer, khususnya manufaktur. Belajar dari pengalaman pola perdagangan dari negara-negara Asia yang merupakan mitra dagang utama untuk Amerika Latin, Indonesia kiranya dapat meng-adopt pola perdagangan yaitu commodity for manufacture.

Referensi

[1] United Nations Economic Commission Latin American Countries (2013), Observatorio America Latina – Asia Pacifico Database. Dapat diakses:  http://www.observatorioasiapacifico.com/OBSExternalUI/pages/public/monitor.jsf;jsessionid=2ACF025D3E1D240EA08B799092943B06

[2] Kementerian Perdagangan RI, “Ekspor-Impor Indonesia: Neraca Perdagangan dengan Negara Mitra Dagang”. Dapat diakses: http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country

[3] Neo, K., (2012), “Moving Beyond Energy and Commodities in Latin America,” Latin Asia Business Forum, Singapura. Dapat diakses: http://www.latinasiabiz.com/files/lab2012_press_releases/CNA-%20Moving%20beyond%20energy%20and%20commodities.pdf

[4] Sjahril. S., 2012 “Assessing Potential and Impact on Bilateral Trade Expansion between Indonesia and Argentina,” Jurnal Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI, Edisi Juli-Des, Vol.29, No.2.

[5] Tambunan, T., (2000), Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran: Teori dan Penemuan Empiris, LP3ES, Jakarta.

[6] World Integrated Trade Solution (WITS) Database, the World Bank and the United Nations Conference on Trade and Development. Dapat diakses: http://wits.worldbank.org/wits/

[7] Plummer, M.G., Cheong, D., & Hamanaka, S., (2010), Methodology for Impact Assessment of Free Trade Agreements, Mandaluyong City, Asian Development Bank. Dapat diakses: http://aric.adb.org/pdf/FTA_Impact_Assessment.pdf

[8] Ahmed, S., (2010), India-Japan FTA in Goods: A Partial and General Equilibrium Analysis,  Jamia Millia Islamia (A Central University), New Delhi. Presentasi Makalah pada Thirteenth Annual Conference on Global Economic Analysis, Trade for Sustainable and Inclusive Growth and Development, Juni 9-11, Malaysia. Dapat diakses: https://www.gtap.agecon.purdue.edu/resources/download/4839.pdf

Analisis Dampak Perdagangan Bebas Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) : Sebuah Masukan Dalam Rangka Putaran Pertama Negosiasi Perdagangan

Leave a comment